Selamat Datang di Blog Wisata Sangihe bersama saya Stevenly Takapaha, Ayo ke Sangihe Negeri yang penuh dengan Pesona Mari Jaga dan Nikmati Keindahan Alam Sangihe, Lestarikan Kekayaan Budayanya juga nikmat Kulinernya

Tari Empat Wayer

Tari ini awalnya berasal dari kebiasaan para tentara di Nusa Utara pada jaman raja-raja dahulu. Sebagian prajurit yang berasal dari pulau-pulau kecil, daerah pantai atau memiliki latar belakang keluarga nelayan, disaat melepas lelah mengadakan rekreasi sambil menari dan menyanyi. Dalam kegembiraan ini, gerakan gesit bersemangat khas prajurit bercampur dengan gerakan yang biasa dilakukan nelayan. Kerinduan terhadap kehidupan masa kecil diungkapkan dengan cara menirukan gerakan-gerakan orang melaut. Dengan dipandu seorang Pangataseng, para penari Empat Wayer bergerak berirama mengikuti kebiasaan nelayan saat hendak turun melaut, formasi perahu, gerakan mendayung, serta menggunakan jala dan peralatan menangkap ikan lainnya. Tersirat juga luapan kegembiraan saat membagi hasil tangkapan dan membawa pulang untuk keluarga, sebuah nilai luhur dalam kesahajaan nelayan.



Tari Gunde



Tari gunde berawal dari tari lide, tari lide itu (tari berkelompok) adalah tarian penghantar roh orang yang menjelang mati dalam upacara sundeng. Selanjutnya berinkarnasi menjadi salai (tari tunggal). Setiap penari salai dipilih Raja manganitu untuk menjadi penari istana di istana kerajaan. Lalu tari salai yang dulunya tari tunggal ber reinkarnasi lagi menjadi tari berkelompok.Tari gunde yang dulunya adalah tarian rakyat akhirnya berubah menjadi tarian istana. Awalnya tari gunde hanya di pertunjukan pada saat menerima tamu penting kerajaan. Kemudian menjadi sakral yang menunjukan kesucian seorang wanita sangihe. Pengiring gunde adalah tagonggong yang disertai sambo. Gunde terdiri dari 4 babak berdasarkan urut lagu sasambo. Lagung balang, Sonda, Duruhang dan Sasahola. Pukulan tagonggong terdiri dari 4 macam juga yaitu Tengkele Balang, Tengkele Sonda, Tengkele Duruhang dan Tengkele Sasahola